YOUR POST TITLE HERE

SOME DESCRIPTION OF YOUR POST HERE

YOUR POST TITLE HERE

SOME DESCRIPTION OF YOUR POST HERE

YOUR POST TITLE HERE

SOME DESCRIPTION OF YOUR POST HERE

YOUR POST TITLE HERE

SOME DESCRIPTION OF YOUR POST HERE

YOUR POST TITLE HERE

SOME DESCRIPTION OF YOUR POST HERE


Angka Pengangguran 2009 Naik Jadi 9%

JAKARTA (MI): Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memproyeksikan angka pengangguran pada 2009 naik menjadi 9% dari angka pengangguran 2008 sebesar 8,5%. Kenaikan angka pengangguran ini disebabkan semakin merosotnya sumbangan sektor tradable dari 34,9% pada kuartal II 2007 kemudian turun menjadi 26,6% pada kuartal II 2008.

Angka pengangguran 2009 malah naik karena penyerapan tenaga kerja dari sektor industri tumbuh negatif, kata Peniliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI Latif Adam saat melakukan jumpa pers bertajuk Pertumbuhan Ekonomi Naik, Industri Stagnan di gedung LIPI, Jakarta, Kamis (28/8).

Menurutnya, penurunan peran sektor tradable dalam pertumbuhan ekonomi memperlihatkan terjadinya proses pelemahan performa sektor tradable. Pertumbuhan sektor pertambangan dan galian serta industri pengolahan mengalami penurunan, bahkan untuk sektor pertambangan dan galian mengalami pertumbuhan yang negatif.

Demikian halnya sektor pertanian, meski tumbuh relatif baik, tetapi lebih banyak didorong oleh pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan dan peternakan, yang notabene lebih mampu menyediakan kesempatan kerja, justru mengalami pertumbuhan yang negatif, masing-masing minus 5% dan minus 3%.

Begitu juga target angka kemiskinan 12-14% pada 2009. Kalau turun 1% saja angka kemiskinan 15,4% pada 2008, berapa juta orang yang harus dikeluarkan dari kemiskinan. Sementara, penyerapan tenaga kerja besar-besaran tidak ada, ujar dia. Karena LIPI menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2008 sebesar 6,4% tidak berkualitas meski angka pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2007 yang hanya tumbuh sebesar 6,3%. Pasalnya, sebagaimana yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini, motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2008 masih tetap terfokus pada sektor non tradable.

Sumbangan sektor non tradable terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai angka 73,4% atau 4,7% dari 6,4% pertumbuhan ekonomi. Angka ini juga lebih tinggi dari kuartal II 2007 sebesar 65,1% atau 4,1% dari 6,3% pertumbuhan ekonomi.

Apabila pola pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2008 terus berlanjut di masa mendatang, sulit untuk mencapai target angka pengangguran 7-8% yang saya kira ituu cukup ambisius, katanya.

Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak karena jika kondisi ini berlanjut pada 2009, kue pembangunan ekonomi akan dimakan oleh pertumbuhan sektor non tradable yang tumbuh sangat pesat. Di sisi lain, akan terjadi pelemahan pertumbuhan sektor tradable.

Karena itu, lanjut Latif, pemerintah harus mampu mendorong kesempatan kerja di sektor industri untuk mengurangi dominasi sektor informal yang saat ini menyerap tenaga kerja sekitar 70% dari angkatan kerja.

Berdasarkan data statistik, pada periode Februari 2007-Februari 2008, ada sekitar 55 juta tenaga kerja yang bekerja di sektor tradable (pertanian dan industri) atau rata-rata 55% terhadap total orang bekerja. Dalam kurun waktu itu juga diketahui bahwa jumlah tenaga kerja baru yang dapat diserap sektor tradable mencapai 430 ribu, sedangkan sektor non tradable menyerap 4,03 juta tenaga kerja baru.

Di sektor non tradable, dua sektor utama yang mampu menciptakan lapangan kerja terbesar adalah sektor perdagangan 1,25 juta dan jasa kemasyarakatan 1,82 juta orang. Dengan demikian, kedua sektor ini mampu menciptakan lapangan kerja untuk 3,07 juta orang.

Poin terpenting di sini adalah, bahwa kesempatan kerja informal yang mampu disediakan kedua sektor itu jauh lebih tinggi daripada kesempatan kerja formal. Ini berarti bahwa proses informalisasi kesempatan kerja sedang terjadi di dalam perekonomian Indonesia. Ini tidak sehat bagi perekonomian, tegasnya.

Sementara itu, anggota Komisi XI DPR Andi Rahmat menyatakan besarnya penyerapan tenaga kerja dari sektor informal harus diwaspadai oleh pemerintah. Ini bahaya kalau sektor informal masih tinggi pada 2009. Pemerintah harus memperbaiki sektor manufaktr agar penyerapan tenaga kerja dari sektor formal meningkat, kata Andi.

Ia mengakui, pertumbuhan industri manufaktur makin lama makin mengecil. Karena itu, dia menyarankan agar pemerintah memberikan penjaminan kredit sektor manufaktur.

Harus ada Badan Layanan Umum penjamin sektor manufaktur, sarannya.(Ray)

Sumber Asli:

http://koranindonesia.com/2008/08/28/angka-pengangguran-2009-naik-jadi-9/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar